Minggu, 14 September 2025

ASTAGHFIRULLOH-AL-'AZHIIM

Jajang Suryana


Alhamdu lillaah, masih sempat mendapat Sholat Maghrib rokaat pertama. Shof yang ditempati, tentu, shof terakhir. Tetapi, setelah shof terakhir, ternyata ada shof baru yang "dibuat" oleh kelompok anak-anak.

Sholat Maghrib rokaat pertama agak "terganggu", terutama karena harus mengejar bacaan imam yang cepat. Di samping hal itu, ada suara anak-anak yang juga "mengganggu sisi kesukaan" karena kehadiran mereka masih menunjukkan adanya generasi baru yang belajar melaksanakan sholat berjamaah.

Ketika imam sedang membaca surat Al-Faatihah, gangguan kedua belum terdeteksi. Setelah membaca Aamiin sebagai bentuk ucapan pengharapan atas kabuln do'a yang disampaikan dalam kalimat "Ihdinashshiroothol mustaqiim, dst", terdengar dua dialog anak muda (dari suaranya bisa diterka karena lebih berat dibanding suara anak-anak). Gangguan ini semakin nyata sekalipun tidak diperhatikan betul. Ketika imam membaca surat kedua (setelah Al-Faatihah), anak-anak muda ini mulai mengobrol. Entah apa topik obroannya. Cukup jelas suaranya, sekalipun tidak jelas isi obrolannya.

Berbaik sangka, mereka belum memulai sholat. Tetapi, sangkaan itu sangat keliru. Suara obrolan berlanjut hingga ruku, terus dua sujud. Pada saat sujud, suara obrolan berhenti. Tetapi, saat berdiri pada rokaat kedua, suara obrolan gencar lagi terdengar. Dan, suara obrolan berlanjut hingga tasyahud akhir. 

Rasa penasaran berlanjut. Siapakah anak-anak muda tadi? Apakah bagi mereka sholat itu hanya seperti upacara bendera di halaman sekolah? Yang suka bisa berbisik-bisik pada saat tertentu. Kemudain berlanjut lagi hingga akhir upacara. Sungguh, sebuah pengetahuan dasar yang sangat konyol! Dan, benar, mereka diperkirakan anak muda kelas 10-an. 

Astaghfirulloh-al-'Azhiim, satu kondisi yang sangat mengenaskan sempat terlihat selintas. Pengobrol terdiri atas dua anak muda. Anak muda pertama telah selesai Sholat Maghrib, bersama dengan imam. Sementara itu, anak muda kedua masih harus menyelesaikan rokaat terakhir, rokaat ketiga Sholat Maghrib. Dalam suasana berbeda posisi tadi, pemuda pertama melanjutkan obrolan saat dia duduk. Pemuda kedua, entah mungkin karena merasa malu karena jamaah lain sudah selesai sholat, dia tidak merespons obrolan. Setelah berakhir sholat, obrolan berlanjut dengan teman-temannya yang lain. 

Begitu parahkah anak-anak muda yang telah balig itu dalam menyikapi dan melaksanakan sholat? Siapa yang bisa ditunjuk sebagai penanggung jawab kondisi kekeliruan tadi? Orang tuakah, guru sekolahkah, atau guru ngaji mereka?