Jumat, 23 Mei 2014

ISTIKHARAH NASIONAL

Khutbah Jum'at Mesjid Al-'Ashri Singaraja
Jum'at, 23 Mei 2014
Oleh
Drs. Jajang Suryana, M.Sn.




Hadirin Rahimakumullaah,

Setiap urusan memerlukan kejelasan pilihan. Ketika urusan tidak jelas, tidak jelas pula akibat yang ditimbulkan setelah urusan itu selesai dijalankan. Ketetapan hati dalam memilih satu pilihan pekerjaan tertentu sangat banyak dipengaruhi oleh keinginan dan nafsu. Oleh karena itu, Islam mengajari kita, bahwa dalam menetapkan keputusan apapun, haruslah ditetapkan dalam kondisi ikhlas, sabar, dan tidak dipengaruhi rasa marah.

Allah melalui nabiNya menunjukkan jalan kebaikan dalam upaya menetapkan keputusan. Nabi mengajari ummatnya untuk melakukan shalat istikharah untuk mendapatkan ketetapan hati dalam memutuskan tentang sesuatu. “Shalat istikharah adalah shalat sunnah yang dikerjakan ketika seseorang hendak memohon petunjuk kepada Allah, untuk menentukan keputusan yang benar ketika dihadapkan kepada beberapa pilihan keputusan. Sebelum datangnya Islam, masyarakat jahiliyah melakukan istikharah (menentukan pilihan) dengan azlam (undian). Setelah Islam datang, Allah melarang cara semacam ini dan diganti dengan shalat istikharah” (http://www. konsultasisyariah.com/tata-cara-shalat-istikharah/).

Salah satu hadits yang kerap digunakan sebagai dasar pertimbangan melakukan shalat sunnat istikharah adalah:
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, beliau berkata,

  
 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari para sahabatnya untuk shalat istikharah dalam setiap urusan, sebagaimana beliau mengajari surat dari Alquran. Beliau bersabda, “Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu, kemudian hendaklah berdoa:
Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika menurutMu perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika menurutMu perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginanya”
(HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).

Hadirin Rahmakumullaah,

Kegamangan dalam menetapkan pilihan hampir setiap hari dihadapi oleh semua manusia. Banyak pilihan yang harus ditetapkan sebagai akhir dari sebuah keputusan, sesederhana apapun dalam setiap menyelesaikan urusan keduaniaan kita. Misalnya, banyak orang tua, termasuk guru, yang gamang ketika anak-anaknya harus menyelesaikan ujian nasional. Sebelum ujian berlangsung, betapa orang tua dan guru turut merasakan stress berat karena takut anak-anaknya tidak lulus. Begitupun anak-anak yang menjalani ujian. Anehnya, setelah ketakutan tentang hasil ujian terjawab, ketika anak-anak telah dinyatakan lulus ujian nasional, kegamangan yang baru muncul lagi. Banyak orang tua yang bingung menetapkan kelanjutan sekolah anak-anaknya.

Stress yang berlebihan banyak menyebabkan orang-orang yang tidak memiliki keyakinan akan ketetapan Allah menjadi semakin gamang. Bahkan ada di antara mereka yang memilih pilihan yang ditetapkan oleh hawa nafsunya. Lebih berbahaya lagi, pilihan yang telah dirancang oleh Iblis. Perilaku membunuh diri sendiri, juga mengajak orang-orang terdekat untuk bunuh diri (maaf) secara “berjamaah”, kini, banyak diberitakan dalam media massa.   

Tampaknya, apa yang telah diajarkan Allah dalam isi surat Al-Insyirah kerap kita lupakan.




Al-Insyirah: 7-8)
7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain[1586],
8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

[1586] Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah maka beribadatlah kepada Allah; apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila telah selesai mengerjakan shalat berdoalah.


Hadirin Rahimakumullaah,

Setiap akhir pekerjaan, tampaknya harus berisi jeda, istirahat, mengaso sebentar. Banyak manusia yang merasa ingin meraup keberhasilan atas segala urusan secara segera, bahkan secara instan. Percepatan keinginan seperti itu kerap mengundang banyak stress. Pada dasarnya, jeda setelah menyelesaikan satu urusan adalah berupa pernyataan syukur kepada Allah. Semua permasalahan disyukuri sedikit demi sedikit, setahap demi setahap, agar nikmat Allah tersebut terasa sebagai suatu anugerah yang berjenjang dan berkepanjangan.

Allah telah mengatur ketertiban alam, termasuk juga perangkat tubuh manusia, dalam kondisi jeda demi jeda. Jeda harian yang harus kita lalui adalah jeda antarwaktu shalat wajib dengan waktu shalat wajib lainnya. Belum ada peneliti kompeten yang tertarik untuk memantau kondisi dan kemampuan tubuh manusia berdasarkan jeda-jeda waktu shalat. Jam istirahat yang telah ditetapkan oleh Allah tersebut adalah jarak waktu yang paling tepat dan sangat kompatibel dengan keberadaan tubuh manusia. Allah telah merancang segala sesuatu dalam rancangan pasti yang serba persis. Semua perangkat hidup mahlukNya diatur dalam jadwal alamiah yang patuh atas ketentuan Allah. Jika menyimpang dari ketentuan tersebut, maka terjadilah kelainan-kelainan. Stress termasuk dalam bentuk kelainan yang muncul karena manusia tidak bisa memanfaatkan jeda demi jeda nafsu yang harus diaturnya. 

Hadirin Rahimakumullah,

Bahan stress lainnya adalah kegamangan nafsu dalam menetapkan pilihan pemimpin negara. Calon-calon pilihan rakyat yang telah di“oplos” oleh para politisi, harus dipilih oleh rakyat, katanya, untuk mengejar kemakmuran rakyat. Janji-janji lisan yang menyertai pasangan calon pemimpin rakyat telah lama disebar dengan berbagai media komunikasi yang dianggap efisien untuk rakyat. Begitupun berita-berita buruk yang selalu menyertai tawaran kebaikan selalu ramai diumbar dalam berbagai meida massa. Rakyat semakin gamang. Biarlah para politisi membangun kegamangan buatan mereka sendiri. Tetapi, bagi rakyat kebanyakan, yang kerap menjadi umpan bahkan korban, kegamangan politis itu sangat mengganggu karena menyangkut kondisi mereka dalam banyak hal. Termasuk hal-hal yang sangat sepele dalam memenuhi kebutuhan hidup mendasar sehari-hari.

Sudahkah kita sebagai muslim melaksanakan tuntunan pasti yang telah ditetapkan oleh Allah melalui Nabiyullah: ketika kita dihadapkan kepada kegamangan, kita harus memohon petunjuk kepada Allah untuk menetapkan pilihan terbaik?

Istighotsah berjamaah sudah sering dilakukan. Kini, ketika semua komponen bangsa Indonesia sedang galau dalam menetapkan pilihan terbaik pemimpin bangsanya, kenapa tidak melakukan istikharah nasional?  

Lalu,setelah istikharah? Lakukanlah apa yang menjadi ketetapan hati, sambil tetap menggantungkan keyakinan tentang keputusan Allah ada dalam ketetapan hati kita.
“Jika seseorang melakukan istikharah, maka lanjutkanlah apa yang menjadi keinginan hatinya.” (An-Nawawi)

Setelah mendapatkan ketetapan hati dalam memilih calon pemimpin bangsa, berserahdirilah kepada Allah. Perhatikan isi ayat 105 surat Al-Maaidah:
 

 Al-Maaidah: 105.
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk[453]. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

[453] Maksudnya: kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, Asal kamu telah mendapat petunjuk. Tapi tidaklah berarti bahwa orang tidak disuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.


Hadirin Rahimakumullaah,

Mudah-mudahan anak-anak kita yang telah lulus ujian nasional bisa mendapatkan sekolah yang paling baik untuk mereka dan keluarga. Begitupun anak-anak yang masih menunggu hasil ujian nasional dan yang akan melaksanakan ujian nasional, mereka dianugerahi hasil yang terbaik dalam pandangan Allah. Aamiin.

Terakhir, kita sebagai bangsa, yang akan menghadapi ujian nasional dalam menetapkan pemimpin bangsa yang terbaik, setelah melaksanakan shalat istikharah bisa mendapatkan ketetapan hati memilih calon yang terbaik dalam pandangan Allah Swt. Sehingga, kondisi negara kita pada masa yang akan datang adalah kondisi negera yang telah dijanjikan oleh Allah: baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafuur. Aamiin yaa Mujiibassaailiin.


 68. dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka[1134]. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).
69. dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan.
70. dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan[1135].
(Al-Qashash: 68-70)

[1134] Bila Allah telah menentukan sesuatu, Maka manusia tidak dapat memilih yang lain lagi dan harus menaati dan menerima apa yang telah ditetapkan Allah.
[1135] Maksudnya: Allah sendirilah yang menentukan segala sesuatu dan ketentuan-ketentuan itu pasti Berlaku dan Dia pulalah yang mempunyai kekuasaan yang mutlak.

***




Singaraja, 23 Mei 2014