Selasa, 09 Juli 2013

AMALIYAH RAMADHAN

Oleh Jajang Suryana




Nabi Muhammad SAW bersabda:


 "Barangsiapa bershaum pada bulan Ramadhan dan mengetahui segala batas-batasnya serta memelihara diri, segala yang baik dia pelihara, niscaya shaumnya menutupi dosanya yang telah lalu" (H.R. Ahmad dan Baihaqi)

Begitu banyak janji Allah. Semua kita yakini pasti akan terbukti. Allah akan menepati semua janjiNya. Ini berarti, bahwa Allah telah menyediakan begitu luas lahan lumbung pahala yang bisa kita pilih, kita bongkar sesuka dan semampu kita.

Diampuni dosa adalah sebuah keadaan yang melegakan. Tidak ada beban berat lagi ketika kita telah terbebas dari dosa-dosa. Oleh karena itu, dalam hadits yang lain Nabi mengungkapkan kebebasan seseorang setelah menempuh masa Ramadhan, kemudian diampuni dosanya oleh Allah, adalah seperti seorang anak yang baru dilahirkan oleh ibunya.

Jika setiap tahun, pada setiap Ramadhan, semua dosa kita dihapus oleh Allah, kita baru bisa menyelesaikan satu paket kewajiban mendasar, tanpa kelebihan apa pun. Untuk bekal menjelajah Kampung Akhirat, kita memerlukan banyak bekal. Bekal itu bisa didapat dari pelaksanaan kewajiban mendasar ditambah dengan aneka ibadat sunnat.

Ibadat sunnat tampaknya seperti hal yang ringan saja. Mengacu kepada definisi pengertian kata sunnat: sesuatu yang jika dilaksanakan mendapat pahala, tetapi jika ditinggalkan tidak terkait dosa. Definisi tersebut benar. Reaksi kebanyakan muslim-muslimat terhadap pengertian kata sunnat, adalah dengan memenggal bagian belakang definisi tadi: meninggalkan yang sunnat tidak akan mendapatkan dosa.

Memang, meninggalkan yang sunnat tidak berdosa. Ibadat sunnat adalah "ibadat suka-suka". Begitu yang sering menjadi dasar tafsir banyak orang. Tetapi, jika dikalkulasi secara teliti, ternyata menjalankan yang wajib semata, berarti menjalankan tugas dasar, tugas yang memang melekat kepada semua mahluk. Jika mahluk telah menjalani hal itu, itulah yang sewajarnya dilakukan. Namun, dalam pelaksanaan kewajiban mendasar itu, setiap orang belum tentu mampu untuk mencapai kesempurnaan pelaksanaannya. Jika pemenuhan yang mendasar saja tidak sempurna, dengan apa kita bisa menambal yang bolong, menjarit yang robek, merekat yang lepas? Ibadat sunnat, ternyata, untuk keperluan itu. Di samping  itu, ibadat sunnat adalah bekal murni ketika kita akan melanglang Kampung Akhirat nanti.

SHAUM DAN PEMBIASAAN

Sering kita dengar bahwa bulan Ra-madhan adalah masa training, masa latihan. Kita dengar juga bahwa bulan Ramadahan adalah masa perbaikan kembali perangkat jasmani, hardware tubuh kita. Pernah juga kita dengar orang yang menyebutkan bahwa masa Ramadhan adalah masa pembiasaan Ketiga sebutan itu benar. Dalam perjalanan hidup tahunan, manusia memerlukan waktu jeda, yaitu satu waktu yang khusus lebih banyak digunakan untuk memikirkan, melaksanakan, dan meningkatkan kuantitas serta kualitas ibadat mahdhah maupun ghair mahdhah. Selama sebelas bulan, rata-rata manusia melakukan pembaruan segala kebutuhan jasmani dan kepentingan pribadi. Sesekali saja kebutuhan rohani, kepentingan di luar pribadi, menjadi bahan perhatian kita. Naf-su individu sangat kentara di sana.

Pada bulan Ramadhan, semua nafsu yang gelombangnya difokuskan kepada kebutuhan yang sangat pribadi (kesenangan, kepentingan, kebutuhan, kesukaan diri) harus dialihkan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih luas. Ketika seseorang bisa menyediakan sekadar pembuka shaum, misalnya beberapa teguk air, Nabi SAW telah menyampaikan janji Allah tentang balasan kebaikan tersebut setara dengan nilai shaum yang dilakukan oleh orang yang kita beri sekadar pembuka shaum. Betapa janji Allah sangat menggiurkan. Dan, tidakkah kita tertarik untuk memenuhi tantangan Allah tersebut?

Nabi bersabda:
 
"Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan Ramadhan" (H.R. Turmudzi)


Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda:

 "Barangsiapa shaum pada siang harinya (shaum Ramadhan) dan mendirikan shalat malam (qiyamu Ramadhan) di malam harinya, karena iman dan mengharap ridla Allah, niscaya bersihlah (keluarlah) dia dari dosanya, seperti (sebersih) ia waktu dilahirkan oleh ibunya" (H.R. Ibnu Khuzaimah)

Sabda Rasulullah SAW yang lain:

  "Tiga kelompok manusia yang tidak akan ditolak do'anya: orang yang shaum hingga dia berbuka, imam (pemimpin) yang adil, dan orang yang dizhalimi" (H.R. Ah-mad dan Turmudzi)

Shadaqah, qiyamullail, dan do'a, adalah di antara banyak hal yang bisa dijadikan bahan pembiasaan baik selama Ramadhan. Ketiganya terkait dengan janji Allah. Allah akan memberi balasan yang berlipat, asalkan semua kegiatan tadi dilakukan di atas keikhlasan untuk mengejar ridla Allah semata.


SHAUM HANYA UNTUK ALLAH

Keihlasan beribadat hanya untuk Allah merupakan bentuk ibadat yang sangat dianjurkan. Sebelum seseorang mencapai tingkat manusia muttaqin, ia harus bisa mengkondisikan segala bentuk pengabdiannya kepada Allah secara ikhlas: hanya untuk Allah. Dan sejak awal, Allah telah menggambarkan bah-wa shaum adalah jenis ibadat mahdhah yang dikhususkan untuk Allah. Perhatikan sabda nabi SAW:
  
 "Semua amal perbuatan Bani Adam menyangkut dirinya pribadi, kecuali shaum. Sesungguhnya shaum itu untukKu, dan karena itu Akulah yang langsung membalasnya. Shaum itu ibarat perisai, pada hari melaksanakan shaum janganlah kamu mengucapkan kata-kata kotor, tidak sopan, dan tidak enak didengar, dan jangan pula ribut hingar bingar bertengkar. Jika di antara kalian ada yang memaki atau mengajak berkelahi, hendaknya engkau katakan kepadanya: "Sesungguhnya aku sedang shaum' ". Selanjutnya Nabi bersabda: "Demi Tuhan yang diri Muhammad di tanganNya, sesungguhnya bau busuk mulut orang yang shaum lebih wangi di sisi Allah daripada bau kasturi. Dan bagi orang yang shaum tersedia dua kegembiraan, gembira ketika berbuka shaum dan ketika menemui Tuhannya karena me-nerima pahala shaumnya" (H.R. Syaikhoni, Nasai, dan Ibnu Hibban).